Soal, Jawaban, dan Materi Sekolah dari SD sampai Universitas

Tampilkan postingan dengan label Geografi SMA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Geografi SMA. Tampilkan semua postingan

Ciri, Jenis, dan Manfaat Batuan Beku

17.36 Posted by Harri Pranata , No comments
Berikut ini adalah pembagian macam serta manfaat batuan beku :

Berdasarkan genesa atau lokasi terjadinya, batuan beku dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu sebagai berikut. 
1) Batuan Intrusiva, yaitu batuan beku yang terbentuk di dalam litosfer atau di dalam kantung-kantung magma. Beberapa contoh batuan intrusi antara lain Granit, Sienit, Diorit, dan Gabro.  
Dilihat dari bentuk dan strukturnya, batuan intrusiva antara lain sebagai berikut.      

- Bentuk Diskordan yaitu intrusiva yang strukturnya memotong lapisan-lapisan batuan di sekitarnya. Bentuk diskordan meliputi antara lain sebagai berikut.      
1. Batolith yaitu dapur magma yang telah membeku.     
2. Gang atau Korok yaitu intrusiva yang berbentuk tipis dan panjang, dengan arah vertikal atau miring.     
3. Apofisa yaitu cabang-cabang dari gang.     
4. Diatrema yaitu intrusiva yang mengisi cerobong gunung -api atau pipa letusan, mulai dari dapur magma sampai batas kawah.      

-Bentuk Konkordan, yaitu batuan intrusi yang strukturnya searah atau sejajar dengan lapisan-lapisan batuan di sekitarnya, meliputi antara lain sebagai berikut.      
1. Sill yaitu intrusiva yang berbentuk tipis dan pipih, terletak di antara lapisan batuan di sekitarnya.     
2. Lakolit yaitu intrusiva yang berbentuk lensa cembung, terletak di antara lapisan-lapisan atau celah batuan di sekitarnya.  

2) Batuan Ekstrusiva yaitu batuan yang terbentuk dari pem bekuan lava di permukaan Bumi setelah terjadinya letusan gunungapi. Contoh ekstrusiva antara lain Riolit, Traktit, Andesit, Dasit, dan Basal. Proses Pembentukan Batuan Basalt Batuan yang terbentuk dari pembentukan lava.  


Batuan beku juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kandungan silikat atau kuarsa dalam magmanya, yaitu sebagai berikut.      
1. Batuan Beku Asam (Granitis) yaitu batuan beku yang berasal dari magma yang bersifat asam karena banyak mengandung mineral kuarsa (SiO2), sedangkan kandungan Oksida Magnesiumnya (MgO) rendah.     

2. Batuan Beku Intermediet (Andesitis) yaitu bakuan beku yang berasal dari magma pertengahan dengan perbandingan mi neral kuarsa (SiO2) dan Oksida Magnesium (MgO) relatif seimbang.     

3. Batuan Beku Basa (Basaltis) yaitu bakuan beku yang berasal dari magma yang bersifat basa karena banyak mengandung mineral Oksida Magnesium (MgO), sedangkan kandungan kuarsanya (SiO2) rendah.

Pengertian dan Klasifikasi Iklim

15.10 Posted by Harri Pranata , No comments
Untuk mengetahui tipe iklim suatu tempat, diperlukan rata-rata data cuaca tahunan seperti suhu, kelembapan udara, pola angin, dan curah hujan minimal 10–30 tahun. Selain data cuaca, indikasi lain yang dapat dijadikan salah satu penentu tipe iklim adalah vegetasi alam (tetumbuhan) yang mendominasi suatu daerah, misalnya hutan tropis, hutan gugur daun, atau vegetasi konifer (hutan berdaun jarum).

Banyak para ahli ilmu cuaca dan iklim yang mencoba membuat klasifikasi iklim dengan berbagai dasar dan keperluan. Tiga orang di antara para ahli tersebut adalah Wladimir Koppen, Schmidt-Ferguson, dan Junghuhn.


1. Iklim Matahari

Sistem penggolongan iklim Matahari didasarkan atas gerakan semu tahunan Matahari antara lintang 23½°LU–23½°LS. Daerah-daerah yang terletak di antara garis lintang tersebut menerima intensitas penyinaran Matahari yang maksimal, sehingga rata-rata suhu udara harian dan tahunannya tinggi. Adapun wilayah-wilayah lainnya mendapat penyinaran Matahari secara bervariasi. Oleh karena itu, dalam sistem klasifikasi iklim Matahari, posisi lintang suatu tempat sangat menentukan tipe iklimnya.
Pembagian Iklim Berdasarkan Iklim Matahari Skema pembagian iklim di Bumi berdasarkan iklim Matahari

Iklim Matahari disebut juga iklim pasti karena letak garis lintang sudah pasti tidak berubah-ubah. Iklim Matahari merupakan iklim yang penentuannya berdasarkan banyaknya sinar Matahari yang diterima oleh Bumi. Daerah yang paling banyak mendapatkan sinar panas Matahari adalah daerah yang terletak antara 0°–23,5°LU dan 0°–23,5°LS. Dengan adanya gerak semu Matahari, daerah ini mendapat panas yang tinggi sepanjang tahun. Daerah yang letaknya semakin jauh dari katulistiwa mendapatkan panas Matahari yang semakin sedikit.
Oleh karena itu, semakin tinggi garis lintang, daerah tersebut semakin dingin. Daerah iklim Matahari terbagi atas:
  1. iklim tropis (panas), antara 23,5°LU–23,5°LS;
  2. iklim subtropis (daerah transisi), antara 23,5°LU–40°LU dan 23,5°LS–40°LS;
  3. iklim sedang, antara 40°LU–66,5°LU dan 40°LS–66,5°LS;
  4. iklim dingin (kutub), antara 66,5°LU–90°LU dan 66,5°LU–90°LU.

2. Iklim Koppen

Seorang ahli klimatologi dari Universitas Graz Austria, Wladimir Koppen (1918) mencoba membuat sistem peng golongan iklim dunia berdasarkan unsur-unsur cuaca, meliputi intensitas, curah hujan, suhu, dan kelembapan. Klasifikasi iklim Koppen menggunakan sistem huruf.

Huruf pertama dalam sistem klasifikasi iklim Koppen terdiri atas 5 huruf kapital yang menunjukkan karakter suhu atau curah hujan. Kelima jenis iklim tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Iklim A (Iklim tropis), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terdingin masih lebih dari 18°C. Adapun rata-rata kelembapan udara senantiasa tinggi.
  2. Iklim B (Iklim arid atau kering), ditandai dengan rata-rata proses penguapan air selalu tinggi dibandingkan dengan curah hujan yang jatuh, sehingga tidak ada kelebihan air tanah dan tidak ada sungai yang mengalir secara permanen.
  3. Iklim C (Iklim sedang hangat atau mesothermal), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terdingin adalah di atas -3°C, namun kurang dari 18°C. Minimal ada satu bulan yang melebihi rata-rata suhu di atas 10°C. Iklim C ditandai dengan adanya empat musim (spring, summer, autumn, dan winter).
  4. Iklim D (Iklim salju atau mikrothermal), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terdingin adalah kurang dari –3°C.
  5. Iklim E (Iklim es atau salju abadi), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terpanas kurang dari 10°C. Di kawasan iklim E tidak terdapat musim panas yang jelas.
Huruf kedua menunjukkan tingkat kelembapan, tingkat kekeringan, atau kebekuan wilayah. Untuk tipe iklim A, C, dan D huruf keduanya antara lain:
  1. huruf f menunjukkan lembap, ditandai dengan curah hujan cukup setiap bulan dan tidak terdapat musim kering;
  2. huruf w menandai periode musim kering jatuh pada musim dingin (winter);
  3. huruf s menandai periode musim kering jatuh pada musim panas (summer);
  4. huruf m menunjukkan muson, ditandai dengan adanya musim kering yang jelas walaupun periodenya pendek.
Khusus untuk tipe iklim B, huruf keduanya adalah:
  1. a. huruf s (steppa atau semi arid), ditandai dengan rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 380 mm - 760 mm, dan
  2. b. huruf w (gurun atau arid), ditandai dengan rata-rata curah hujan tahunan kurang dari 250 mm.
Khusus untuk tipe iklim E, huruf keduanya adalah:
  1. a. huruf t artinya tundra;
  2. b. huruf f artinya salju abadi (senantiasa tertutup es);
  3. c. huruf h artinya iklim salju pegunungan tinggi.
Kombinasi dari kedua kelompok huruf dalam sistem penggolongan iklim Koppen adalah sebagai berikut.
  1. a. Af artinya iklim hutan hujan tropis.
  2. b. Aw artinya iklim savana tropis.
  3. c. Am artinya pertengahan antara iklim hutan hujan tropis dan savana.
  4. d. BS artinya iklim steppa.
  5. e. BW artinya iklim gurun.
  6. f. Cw artinya iklim mesothermal lembap (iklim hujan sedang) dengan winter yang kering.
  7. g. Cs artinya iklim mesothermal lembap (iklim hujan sedang) dengan summer yang kering.
  8. h. Cf artinya iklim mesothermal lembap (iklim hujan sedang) dan lembap sepanjang tahun.
  9. i. Df artinya iklim mikrothermal lembap (iklim hutan salju dingin) dan lembap sepanjang tahun.
  10. j. Dw artinya iklim mikrothermal lembap (iklim hutan salju dingin) dengan winter yang kering.
  11. k. ET artinya iklim tundra.
  12. l. EF artinya iklim kutub (senantiasa beku).
  13. m. EH artinya iklim salju pegunungan tinggi.

3. Iklim Schmidt-Ferguson

Khusus untuk keperluan dalam bidang pertanian dan perkebunan, Schmidt dan Ferguson membuat penggolongan iklim khusus daerah tropis. Dasar pengklasifikasian iklim ini adalah jumlah curah hujan yang jatuh setiap bulan sehingga diketahui rata-rata bulan basah, lembap, dan bulan kering. Bulan kering adalah bulan-bulan yang memiliki tebal curah hujan kurang dari 60 mm, bulan lembap adalah bulan-bulan yang memiliki tebal curah hujan antara 60 mm–100 mm. Bulan basah adalah bulan-bulan yang memiliki tebal curah hujan lebih dari 100 mm.

Seperti halnya klasifikasi iklim menurut Vladimir Koppen, sistem klasifikasi penggolongan iklim menurut Schmidt-Ferguson menggunakan sistem huruf yang didasarkan atas nilai Q, yaitu persentase perbandingan rata-rata jumlah bulan basah dan bulan kering. Untuk menentukan tipe iklim Schmidt-Ferguson digunakan rumus sebagai berikut.


Q
= perbandingan bulan kering dan bulan basah (%)
Md
= mean (rata-rata) bulan kering, yaitu perbandingan antara jumlah bulan kering dibagi dengan jumlah tahun pengamatan
Mw
= mean (rata-rata) bulan basah, yaitu perbandingan antara jumlah bulan basah dibagi dengan jumlah tahun pengamatan
Gambar nilai Q dan R, dalam perhitungan iklim Schmidt-Ferguson

Ketentuan dari sistem klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson adalah sebagai berikut.
  1. 1. Tipe Iklim A (sangat basah), jika nilai Q antara 0%–14,33%.
  2. 2. Tipe Iklim B (basah), jika nilai Q antara 14,33%–33,3%.
  3. 3. Tipe Iklim C (agak basah), jika nilai Q antara 33,3%–60%.
  4. 4. Tipe Iklim D (sedang), jika nilai Q antara 60%–100%.
  5. 5. Tipe Iklim E (agak kering), jika nilai Q antara 100%–167%.
  6. 6. Tipe Iklim F (kering), jika nilai Q antara 167%–300%.
  7. 7. Tipe Iklim G (sangat kering), jika nilai Q antara 300%–700%.
  8. 8. Tipe Iklim H (kering sangat ekstrim), jika nilai Q lebih dari 700%.

4. Iklim Junghuhn

Seperti halnya Schmidt dan Ferguson, untuk keperluan pola pembudidayaan tanaman perkebunan, seperti tanaman teh, kopi, dan kina, seorang ahli Botani dari Belanda bernama Junghuhn membuat penggolongan iklim khususnya di negara Indonesia terutama di Pulau Jawa berdasarkan pada garis ketinggian. Indikasi tipe iklim adalah jenis tumbuhan yang cocok hidup pada suatu kawasan.

Junghuhn membagi lima wilayah iklim berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut sebagai berikut ini.

  1. Zone Iklim Panas, antara ketinggian 0–700 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan di atas 22°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami padi, jagung, tebu, dan kelapa.
  2. Zone Iklim Sedang, antara ketinggian 700–1.500 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan antara 15°C–22°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami komoditas perkebunan teh, karet, kopi, dan kina.
  3. Zone Iklim Sejuk, antara ketinggian 1.500–2.500 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan antara 11°C–15°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami komoditas hortikultur seperti sayuran, bunga-bungaan, dan beberapa jenis buah-buahan.
  4. Zone Iklim Dingin, antara ketinggian 2.500–4.000 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan kurang dari 11°C. Tumbuhan yang masih mampu bertahan adalah lumut dan beberapa jenis rumput.
  5. Zone Iklim Salju Tropis, pada ketinggian lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut.

Angin darat dan Angin laut

12.05 Posted by Harri Pranata , No comments
Pengertian Angin Darat dan Angin Laut 
Angin darat dan angin laut merupakan jenis angin lokal yang terjadi di wilayah pantai dan sekitarnya. Massa daratan mempunyai sifat fisik cepat menerima panas dan cepat pula melepaskan, massa lautan lambat dalam menyerap panas dan lambat pula melepaskannya.  

Sifat ini menyebabkan perbedaan tekanan udara pada kedua tempat tersebut dalam waktu yang bersamaan. Pada siang hari daratan lebih cepat menerima panas, sehingga udara menjadi panas lalu memuai dan bertekanan lebih rendah dari lautan. Perbedaan tekanan ini menyebabkan bertiupnya angin dari laut ke darat. Angin dari laut ke darat ini disebut angin laut.  

Pada malam hari, daratan lebih cepat melepaskan panas dan lautan lebih lambat. Hal ini menyebabkan temperatur udara di atas laut lebih hangat dibandingkan di daratan. Sebagai akibatnya, tekanan udara di daratan lebih tinggi dibandingkan di laut. Perbedaan tekanan udara ini menyebabkan udara bergerak dari darat ke laut menjadi angin darat. Pergerakan angin darat dan angin laut ini dipergunakan oleh nelayan yang masih mengandalkan layar untuk pulang dan pergi mencari ikan di laut.

Proses dan Pengertian Siklus Hidrologi

15.15 Posted by Harri Pranata , No comments
Sirkulasi atau perputaran massa air di Bumi diawali dengan proses pemanasan muka Bumi oleh pancaran sinar matahari. Akibat proses pemanasan ini, sebagian massa air mengalami penguapan ke udara.

Proses penguapan air terjadi dalam beberapa cara yaitu sebagai berikut.


  1. Evaporasi, yaitu proses penguapan air dari permukaan Bumi (yang berasal dari danau, laut, dan sungai) secara langsung melalui pemanasan atau penyinaran matahari.
  2. Transpirasi, yaitu proses penguapan air dari tubuh makhluk hidup melalui aktivitas metabolisme organisme (tumbuhan, hewan, dan manusia).
  3. Evapotranspirasi, yaitu gabungan proses penguapan evaporasi dan transpirasi.
Pada saat massa air menguap ke atmosfer, uap air tersebut mengalami penurunan suhu yaitu 0,5°C–0,6°C. Akibat penurunan suhu atmosfer terjadi proses kondensasi atau pengembunan di mana uap air kembali berubah menjadi titik-titik air yang dikenal dengan awan.

Kumpulan awan
pada atmosfer ada kalanya dipindahkan lokasinya ke wilayah lain oleh gerakan angin. Namun, terkadang langsung dijatuhkan kembali sebagai curahan hujan atau presipitasi. Di daerah pegunungan tinggi, curahan hujan ini dapat terjadi dalam bentuk kristal es dan salju karena suhu udara di sekitarnya sangat dingin di bawah titik beku.

Siklus hidrologi yang terjadi di alam sebagai fenomena hidrosfer

Beberapa proses alam yang terjadi pada saat hujan turun adalah sebagai berikut.
  1. Langsung jatuh kembali ke laut.
  2. Sebelum sampai ke permukaan Bumi, langsung menguap kembali ke atmosfer.
  3. Jatuh di atas daun-daun dan ranting tetumbuhan dan menguap kembali ke atmosfer sebelum sampai ke permukaan Bumi. Proses penguapan titik-titik air hujan dari ranting dan dedaunan ini dinamakan intersepsi.
  4. Jatuh ke permukaan Bumi dan meresap melalui lapisan-lapisan tanah dan menjadi persediaan air tanah. Proses ini dinamakan infiltrasi.
  5. Jatuh ke permukaan Bumi dan menggenang, kemudian bergerak atau mengalir di permukaan Bumi sebagai air larian permukaan (surface run off). Proses ini dapat terjadi jika tanah sudah jenuh air karena hujan berlangsung lama dengan intensitas tinggi atau tanahnya miring.
Proses transformasi massa air ini terus berlangsung, seolah-olah membentuk lingkaran daur yang tidak terputus. Oleh karena itu, proses sirkulasi air di Bumi ini dinamakan Siklus Hidrologi.

Apa itu Masswasting?

15.05 Posted by Harri Pranata No comments
Pengertian Masswasting dan Contohnya
Masswasting adalah pemindahan massa batuan atau tanah karena gaya berat. Masswasting dinamakan pula gerakan tanah.
Bentuk-bentuk gerakan tanah yang biasa kita jumpai antara lain sebagai berikut:     
-Tanah longsor (land slide);    

-Tanah amblas atau ambruk (subsidence);   

-Tanah nendat (slumping), yaitu proses longsoran tanah yang gerakan nya terputus-putus sehingga hasil memperlihatkan bentukan seperti teras;    

-Tanah mengalir (earth flow), yaitu gerakan tanah yang jenuh oleh air pada lereng-lereng yang landai; 

-Lumpur mengalir (mud flow), yaitu sejenis tanah mengalir namun kadar airnya lebih tinggi;    

-Rayapan tanah (soil creep), yaitu gerakan tanah yang sangat lambat pada lereng yang landai.