Soal, Jawaban, dan Materi Sekolah dari SD sampai Universitas

Tampilkan postingan dengan label Bahasa Indonesia SMA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bahasa Indonesia SMA. Tampilkan semua postingan

Unsur-Unsur Intrinsik Drama

14.19 Posted by Harri Pranata , No comments
Unsur-unsur intrinsik drama adalah sebagai berikut :
1.Plot atau kerangka cerita, merupakan jalinan cerita atau kerangka dari 
awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang
berlawanan. Unsur-unsur plot dijelaskan di bawah ini :
a) Pelukisan awal cerita.
b) Komplikasi atau pertikaian awal.
c) Klimaks atau titik puncak cerita.
d) Resolusi atau penyelesaian.
e) Keputusan
 
Jenis-Jenis Plot atau Kerangka Cerita
Plot atau kerangka cerita drama ada tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Sirkuler, artinya cerita berkisar pada satu peristiwa saja.
2) Linier, artinya cerita bergerak secara berurutan dari A-Z.
3) Episodik, yaitu jalinan cerita itu terpisah, kemudian bertemu pada akhir
cerita.

2. Penokohan atau perwatakan, yaitu orang yang berperan dalam drama.
Perwatakan penokohan dapat dibedakan menjadi berikut ini.
1) Protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita.
2) Antagonis, yaitu tokoh yang menentang cerita.
3) Tritagonis, yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun
antagonis.

3. Dialog, yaitu percakapan dalam drama. Dalam drama, dialog harus
memenuhi dua tuntutan berikut ini.
1) Dialog harus menunjang gerak dan laku tokohnya.
2) Dialog dalam pentas harus lebih tajam daripada dialog sehari-hari.

4. Setting/landasan/tempat kejadian cerita biasanya disebut juga latar cerita.
Setting biasanya mencakup hal-hal berikut.
1) Setting tempat berhubungan dengan ruang waktu, misalnya di Jawa
dan tahun berapa.
2) Setting waktu berarti apakah lakon terjadi di waktu siang, sore, atau
malam hari.

5. Tema atau nada dasar cerita merupakan gagasan pokok yang terkandung
dalam drama.

6. Amanat atau pesan pengarang yang hendak disampaikan pengarang
melalui dramanya harus dicari oleh pembaca atau penonton. Amanat
adalah maksud yang terkandung dalam suatu drama.

Contoh Resensi Buku atau Novel

22.30 Posted by Harri Pranata , No comments
Resensi buku atau novel adalah kupasan atau pembahasan tentang buku yang biasanya disiarkan
melalui media massa, seperti surat kabar dan majalah.  

Apakah tujuan membuat resensi?
Tujuan resensi adalah memberi informasi kepada masyarakat akan kehadiran suatu buku. Pembuat resensi disebut resensator. Sebelum membuat resensi, resensator harus membaca buku itu terlebih dahulu. Sebaiknya, resensator memiliki pengetahuan yang memadai, terutama yang berhubungan dengan isi buku yang akan diresensi.

Unsur-unsur atau langkah-langkah dalam meresensi sebuah buku
     1.       Judul resensi
     2.       Identitas buku
     3.       Kepengarangan
     4.       Sinopsis
     5.       Keunggulan dan kelemahan buku
     6.       Gaya bahasa
     7.       Simpulan

1.Judul resensi bukan judul buku. Judul resensi adalah judul karangan dari penulis resensi berdasarkan sesuatu yang menurutnya menarik dan bermakna sesuai isi resensinya.

2. Identitas buku meliputi:
-          Judul buku
-          Pengarang
-          Penerbit
-          Tahun terbit
-          Jumlah halaman
-          Harga

3. Kepengarangan yaitu isi resensi berkenaan dengan diri pengarang buku, antara lain riwayatnya dalam dunia mengarang/tulis-menulis, karya-karyanya, keterkaitan karya yang diresensi dengan karya lainnya.

4. Sinopsis adalah kilasan isi buku.

5. Keunggulan dan kelemahan buku berkenaan dengan apa kelebihan dan kekurangan buku yang bersangkutan. Kelebihan dan kekurangan ini seperti menarik/tidaknya cerita, kedalaman makna, pilihan kata, keterkaitan dengan fakta kehidupan nyata, dll. Termasuk dalam kelebihan dan kekurangan ini adalah kondisi fisik buku, seperti gambar kulit depan menarik/tidak, kertasnya berkualitas tinggi/rendah, dll.

6.Gaya bahasa adalah cara bercerita penulis, seperti pilihan kata, bahasa mudah dimengerti, banyak memakai bahasa sehari-hari/populer, dsb.  Gaya bahasa ini kadang dimasukkan ke dalam kelebihan dan kekurangan karya.

7.Simpulan berisi pernyataan penulis resensi tentang bagus tidaknya buku dan pihak-pihak yang tepat sebagai pembaca buku tersebut. 
Contoh kalimat simpulan resensi : Buku ini sangat bagus dan sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang sedang menekuni bidang bahasa.
 
Judul Novel                : Negeri 5 Menara Judul resensi novel      : Negeri 5 Menara Pengarang                  : A. Fuadi Penerbit                     : Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit               : Agustus 2010 Kota Terbit                : Jakarta Jumlah Halaman         : 424 hal


Resensi Novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi yang merupakan novel best seller ini, menceritakan kisah lima orang sahabat yang mondok di sebuah pesantren yaitu Pondok Madani (PM). Novel best seller ini merupakan novel pertama dari trilogi yang secara apik bercerita tentang dunia pendidikan khas pesantren, lengkap dengan segala pernak-pernik kehidupan para santrinya.

Alif Fikri adalah seorang yang sangat menginginkan sekolah di SMA Bukittinggi Sumatera Barat dengan berbekal nilai ujian yang lumayan bagus. Namun mimpinya seakan sirna, musnah tak berbekas, karena Amaknya tidak mengijinkan. Beliau ingin Alif sekolah di Madrasah Aliyah yang berbasik agama, dengan alasan Amak ingin Alif menjadi Ustad (Ulama). Dengan setengah hati, Alif menerima keinginan Amaknya untuk sekolah agama.

Awal mulanya dia sangatkaget dengan segala peraturan ketat dan kegiatan pondok. Untunglah, dia menemukan sahabat-sahabat dari berbagai daerah yang benar² menyenangkan. Niatan setengah hatinya kini telah menjadi bulat. Di bawah menara PM inilah mereka berlima justru menciptakan mimpi²i lewat imajinasinya menatapi langit dan merangkai awan-awan menjadi negeri impian. Mereka yakin kelak impian itu akan terwujud. Karena mereka yakin akan mantra ampuh yang mereka dapatkan dari Kyai Rais (Guru Besar PM), yaitu man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.

Kelebihan novel ini adalah mengubah pola pikir kita tentang kehidupan pondok yang hanya belajar agama saja. Karena dalam novel ini selain belajar ilmu agama, ternyata juga belajar ilmu umum seperti bahasa inggris, arab, kesenian dll. Pelajaran yang dapat dipetik adalah jangan pernah meremehkan sebuah impian setinggi apapun itu, karena allah Maha mendengar doa dari umatNya.
 

15 Majas dalam Bahasa Indonesia

14.13 Posted by Harri Pranata , No comments
Apakah kamu pernah mendengar kata "Majas"? Majas sering disebut juga dengan gaya bahasa. Menurut situs wikipedia, Majas adalah  pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.
Nah terdapat berbagai jenis majas dalam bahasa Indonesia, antara lain :

1. Litotes
Majas yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan
merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya
atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan
katanya. Contoh:
a. Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali.
b. Apa yang kami hadiahkan ini sebenarnya tidak ada artinya
sama sekali bagimu.

2. Paradoks
Majas yang mengandung pertentangan nyata dengan fakta-fakta
yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian
karena kebenarannya. Contoh:
a. Ia mati kelaparan di tengah-tengah kekayaan yang
berlimpah-limpah.
b. Dina merasa kesepian di tengah-tengah keramaian kota.

3. Pleonasme
Majas ini mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang
diperlukan. Contoh:
a. Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri.
b. Saya melihat kejadian itu dengan mata kepala saya
sendiri.

4. Elipsis
Majas ini berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang
dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau
pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi
pola yang berlaku. Contoh:
Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau
tak apa-apa, badanmu sehat; tetapi psikis ... .

5. Metonimia
Majas ini mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu
hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. 

Contoh:
Pena lebih berbahaya dari pedang.

6. Persamaan atau simile
Majas ini mengandung perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang
dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit adalah langsung
menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia
memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan
itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan
sebagainya. 

Contoh:
a. Kikirnya seperti kepiting batu.
b. Mukanya merah laksana kepiting rebus.

7. Metafora
Majas ini semacam analogi yang membandingkan dua hal secara
langsung
, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya
darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya. Makna sebuah
metafora dibatasi oleh sebuah konteks. 

Contoh:
Perahu itu menggergaji ombak.

8. Personifikasi
Majas kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolaholah
memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanan)
merupakan suatu corak khusus dari metafora, yang mengiaskan
benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia.
Contoh:
a. Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu
menambah lagi ketakutan kami.
b. Kata-katanya tajam seperti mata pisau.

9. Ironi atau sindiran
Majas ini ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud
berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya.
Contoh:
a. Saya tahu Anda adalah seorang gadis yang paling cantik
di dunia ini yang perlu mendapat tempat terhormat!
b. Kamu datang sangat tepat waktu, sudah 5 mobil tujuan
kita melintas.

10. Sinisme
Sinisme adalah sindiran yang berbentuk kesangsian yang
mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Contoh:
Tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga
semua kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya!

11. Sarkasme

Majas ini lebih kasar dari ironi dan sinisme. Majas sarkasme
mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Contoh:
a. Mulut harimau kau!
b. Lihat sang Raksasa itu! (maksudnya si Cebol)

12. Sinekdoke
Semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari
sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau
mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totem
pro parte). Contoh:
a. Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,00
(pars pro toto).
b. Pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Malaysia
berakhir dengan kemenangan Indonesia (totem
pro parte).

13. Hiperbola
Majas yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan,
dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Contoh:
a. Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir
meledak kepalaku.
b. Sudilah tuan mampir di gubuk sederhana saya.

14. Eufimisme
Majas yang menyatakan sesuatu dengan ungkapan yang lebih
halus. Contoh:
a. Untuk menjaga kesetabilan ekonomi, pemerintah menetapkan
kebijakan penyesuaian harga BBM. (kenaikan
harga).
b. Untuk mengatasi masalah keuangan, perusahaan itu
merumahkan sebagian karyawannya. (mem-PHK).

15. Retoris
Majas ini berupa pertanyaan yang tidak menuntut suatu jawaban.
Contoh:
Bukankah kita ini bangsa yang beragam adat, suku, dan
budaya, mengapa hendak diseragamkan?

Contoh dan Jenis-jenis Pantun

Apakah itu Pantun??
Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang  memiliki ciri-ciri yaitu :
 1.Terdiri dari 4 larik/baris, dimana 2 baris pertama disebut dengan sampiran, sedangkan 2baris terakhir disebut dengan isi. 
2. Pantun mempunyai sajak akhir dengan pola a-b-a-b atau a-a-a-a
3. Dalam satu baris terdiri dari 8-12 suku kata

Berikut adalah 11 jenis pantun beserta contohnya :
1. Pantun Adat
Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka

2. Pantun Budi
Biarlah orang bertanam buluh
Mari kita bertanam padi
Biarlah orang bertanam musuh
Mari kita menanam budi

3. Pantun Jenaka
Naik kebukit membeli lada
Lada sebiji dibelah tujuh
Apanya sakit berbini janda
Anak tiri boleh disuruh 



4. Pantun Agama
Daun terap di atas dulang
Anak udang mati dituba
Dalam kitab ada terlarang
Yang haram jangan dicoba
 

5. Pantun Kepahlawanan
Esa elang kedua belalang
Takkan kayu berbatang jerami
Esa hilang dua terbilang
Takkan Melayu hilang dibumi

6. Pantun Kias
Ayam sabung jangan dipaut
Jika ditambat kalah laganya
Asam digunung ikan dilaut
Dalam belanga bertemu juga

7. Pantun Percintaan/ Romantis
Anak kera di atas bukit
Dipanah oleh Indera Sakti
Dipandang muka senyum sedikit
Karena sama menaruh hati


8. Pantun Nasihat
Parang ditetak kebatang sena
Belah buluh taruhlah temu
Barang dikerja takkan sempurna
Bila tak penuh menaruh ilmu

9. Pantun Peribahasa
Berakit-rakit kehulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian

10. Pantun teka-teki
Kalau tuan muda teruna
Pakai seluar dengan gayanya
Kalau tuan bijak laksana
Biji diluar apa buahnya 




11. Pantun Perpisahan
Batang selasih mainan budak
Berdaun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kembali juga

7 Unsur Intrinsik dalam karya sastra

Dalam membaca dan memahami karya sastra, hendaknya kita harus juga mengetahui apa saja unsur-unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Pada postingan kali , kita akan membahas secara lengkap tentang 7 unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra.

1.Tema
Tema adalah titik tolak pengarang dalam menyusun sebuah cerita. Seorang pengarang menentukan tema sebelum mengarang. Pembaca menemukan tema setelah membaca seluruh cerita

2. Alur Cerita/Plot adalah rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat. Jenis-jenis alur : alur maju, alus mundur, dan alur campuran.

Tahapan alur: 
a. Pengenalan situasi cerita/permulaan/exposition. 
b. Pengungkapa peristiwa (complication) 
3. Menuju pada adanya konflik (rising action) 
4. Tahap perumitan 
5. Tahap pncak konflik (klimaks) 
6. Tahap peleraian 
7. Tahap penyelesaian 

3. Latar
Terdapat 3 jenis latar dalam sebuah karya sastra, yaitu : 
1. Latar tempat 
2. Latar waktu 
3. Latar suasana 

4. Tokoh
Jenis-jenis Tokoh
1. Tokoh protagonis : mendukung cerita 
2. Tokoh antagonis : penentang cerita 
3. Tokoh tritagonis : tokoh pembantu, baik protagonis/antagonis 

Penokohan adalah proses pengarang dalam menampilkan tokoh.
Cara pengarang menampilkan perwatakan tokoh: 
1. Ciri-ciri fisik tokoh 
2. Percakapan antarpelaku 
3. Lingkungan sosial 
4. Gambar tempat tinggal tokoh 
5. Pemaparan sifat tokoh

5. Gaya Bahasa
Gaya bahasa menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Gaya bahasa yang cermat dapat menciptakan suasana yang berterus terang atau satiris, simpatik, menjengkelkan atau emosional. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain Bahasanya segar, komunikatif, mudah dipahami atau tidak berbelit-belit 

6. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut Pandang (Point of View) adalah cara pengarang menceritakan tokoh. Terdapat 2 jenis sudut pandang, antara lain: 
a. Sudut pandang orang pertama tunggal:aku, saya,jamak:kami,kita 
b. Sudut pandang orang ketiga tunggal: dia, nama orang, jamak:mereka dia, nama mereka  

Kedudukan Tokoh dalam sebuah karya Sastra
Orang pertama: pelaku utama, pengarang sebagai pengamat tisak langsung, pengarang sebagai pengamat langsung
Orang ketiga: sudut pandang serba tahu, sudut pandang terarah 

7. Amanat / Moral Cerita
Amanat atau moral cerita adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, baik tersurat maupun tersirat amanat disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita.